Jakarta Aquarium

Sab.
3 min readOct 20, 2023

Warna biru mendominasi, hiasan berbentuk beberapa jenis ikan menggantung di langit-langit, serta layar-layar yang memperlihatkan kehidupan hewan laut atau sekedar informasi tentang hewan-hewan yang berada di sana.

Di sana, terdapat beberapa aquarium besar beserta penghuninya. Kedua iris kembar Cala tampak bersemangat menatap setiap inci dari bangunan tersebut, Cala melangkahkan kakinya lebih cepat untuk menghampiri aquarium berisi ikan berwarna biru.

“Kale, liat! Ada Dory.” Cala menempelkan ujung jari telunjuknya pada kaca aquarium. Paracanthurus hepatus atau ikan blue tang yang hidup di terumbu karang, beberapa orang tak asing dengan ikan ini, sebab ikan ini muncul di film Disney berjudul Finding Nemo. Ikan biru dengan corak hitam dan kuning yang menjadi sahabat Marlin — Ayah Nemo, di perjalanannya mencari anaknya.

Kale mendekat, lalu menatap seksama beberapa ikan yang Cala sebut sebagai Dory. “Marlin dan Nemo dimana?” Ucap Kale seolah berbicara kepada ikan tersebut, mengundang tawa Cala.

“Itu ada disana.” Kale menunjuk sisi yang berbeda.

Cala tertawa setelah melihat Kale menjawab pertanyaan yang ia buat sendiri dengan nada dibuat-buat. Empat kaki berjalan ke sisi yang berbeda untuk melihat ikan berwarna oranye dan putih atau lebih dikenal dengan ikan badut.

Keduanya membungkuk-kan badan, melihat ikan badut itu lebih dekat. Tak berselang lama Cala mengalihkan perhatiannya kepada ubur-ubur, sudut bibir Cala mengambang menatap ubur-ubur berenang dengan caranya sendiri, sama seperti orang-orang didunia ini, hidup dengan caranya masing-masing.

“Kale, liat! Cantik banget ubur-uburnya.” Cala menatap seksama ubur-ubur berwarna putih atau pink — Cala tak tau pasti, bahkan ia tak berpaling sedikitpun dari sana. Cantik, benar-benar cantik.

“You’re more beautiful, Cala.”

Cala memalingkan wajahnya, menatap Kale masam. “Dilarang mengucapkan kebohongan.”

Kale menyerit kebingungan. “Gua ngga bohong? Ubur-uburnya emang cantik, tapi lo lebih.”

“Oh ya?”

Kale mengangguk. Cala tampak tersenyum lalu berjalan ke sudut lain, ikan-ikan yang tampak diam seperti patung padahal mereka masih hidup, ikan Piranha dari air tawar Amazon.

“Gua bingung, kenapa mereka diam aja, kalaupun gerak cuma sedikit?” Tanya Cala.

“Coba tanya.”

“Hai? Kenapa cuma diam aja?” Cala melambaikan tangannya kepada ikan-ikan tersebut. Sebenarnya ikan Piranha aktif hanya saja beberapa waktu ikan tersebut beristirahat.

“Sombong banget gak mau jawab.”

Kale tersenyum melihat tingkah laku Cala, hanya satu kata di benak Kale, lucu dan lucu, perempuannya memang selalu lucu. Setiap hari selalu ada tingkah Cala yang mengundang kebahagiaan Kale, entah apapun itu.

“Kalau gitu ayo mengobrol bersama ikan pari.” Cala menatap Kale dengan antusias, lantas ia berjalan di samping Kale menuju kotak Aquarium berisi ikan pari, disana terdapat ikan pari mendekat seolah menyambut kedatangan mereka.

“Ini gimana cara bicaranya?” Tanya Cala.

“Bicara sesuka lo aja, gua bakal jadi penerjemah.”

“Bohong atau engga?”

“Waduh, ngga tau, tapi gua usahain buat lo.”

“Em, apa, ya? Hallo nama kamu siapa?” Cala melambai-lambaikan tangannya, mulai berbicara dengan ikan pari tersebut. Mulut ikan pari tersebut terbuka, mengeluarkan buih-buih gelembung.

“Dia belum punya nama.”

Tak ada yang dapat Cala lakukan kecuali tersenyum melihat Kale mencoba menerka-nerka jawaban yang akan dia berikan kepada Cala. Cala tampak berpikir sejenak mencoba memikirkan nama untuk ikan pari tanpa nama itu. “Gimana kalau Esther?”

“Kok Esther?”

“Jawaban lo atau ikannya?”

“Dua-duanya.”

“Yang ada di otak gua itu.”

“Berarti gua selalu ada di otak lo?” Kale tersenyum Jahil, berniat menggoda Cala. Tapi yang ia dapatkan mala pukulan kecil dari tangan Cala. Lihatlah, betapa kasihan-nya ikan pari yang melihat interaksi mereka, padahal mereka ingin berbicara dengan ikan pari, namun pada akhirnya mereka asik sendiri.

--

--

No responses yet